Sabtu, 13 Desember 2014

MAKALAH PENENTUAN HARGA

MAKALAH 
“Tentang Penetapan Harga”
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Manajerial
h.jpg
 























OFFICE MANAGEMENT 12-01
Disusun Oleh :
Ø  BUSRO
Ø   JUNAEDI
Ø  NURYAHYA



Kampus Global Mulia – STIE Pelita Bangsa Cikarang, Bekasi


Kata Pengantar


Puji syukur kami ucapkan kepada Sang Maha Pencipta, atas terselesaikannya makalah Ekonomi Internasional yang berjudul “Ekonomi Manajerial” untuk memenuhi tugas dari dosen pengampu mata kuliah Ekonomi Manajerial yaitu Bapak Asep,  Pertama-tama kami ucapkan kepada kedua orang tua kami, yang telah memberikan dukungan baik moral maupun materi,  kepada dosen pengampu mata kuliah Ekonomi Manajerial dan kepada teman-teman kelas Office Management 12-01 yang sudah membantu dalam memberikan referensi situs maupun buku yang berisikan sebagian dari makalah ini
            Kami mohon maklum apabila materi di dalam makalah ini belumlah sesempurna dari yang diharapkan. Maka dari itu kami membuka pintu saran-saran yang selebar-lebarnya dari pembaca sekalian. Dan kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca terutama yang sedang mencari tahu tentang betapa pentingnya Praktik Penentuan Harga.
            Atas kesediannya untuk membaca makalah ini, kami ucapkan terima kasih.




Cikarang, Desember 2014
Penulis

                                                                                             
Busro








BAB I

PENDAHULUAN


A. Latar Belakang

            Secara teoritis, tidak ada perbedaan signifikan antara perekonomian klasik dengan modern. Teori harga secara mendasar sama, yakni bahwa harga wajar atau harga keseimbangan diperoleh dari interaksi antara kekuatan permintaan dan penawaran (suplai) dalam suatu persaingan sempurna, hanya saja dalam perekonomian modern teori dasar ini berkembang menyadi kompleks karena adanya diversifikasi pelaku pasar, produk, mekanisme perdagangan, instrumen, maupun perilakunya,yang mengakibatkan terjadinya distorsi pasar.
                Dalam struktur pasar apapun sebuah perusahaan beroperasi, penetapan harga untuk maksimasi laba mangharuskan analisis yang seksama terhadap hubungan antara biaya marginal dan pendapatan marginal. Tetapi, riset tentang praktek – praktek penetapan harga aktual menunjukkan bahwa banyak perusahaan tampaknya menetapkan harga tanpa analisis eksplisit rehadap hubungan marginal. Studi memperlihatkan bahwa kebanyakan perusahaan menggunakan penetapan harga markup, menetapkan harga untuk menutup semua biaya langsung ditambah markup sebesar satu presentase tertentu untuk kontribusi laba (biaya umum dan laba) daripada menetapkan harga di mana MR = MC. Bagaimana sesuatu yang tampaknya bertentangan antara teori ekonomi dan praktek penetapan harga actual ini dijelaskan?
            Jika kita memahami prosedur yang dipergunakan untuk keputusan penetapan harga actual, tidak terdapat konflik antara teori dan praktek. Pada kenyataannya, praktek – praktek penetapan harga secara markup merupakan alat praktis yang dengannya perusahaan – perusahaan menerapkan analisis marginal untuk menetapkan harga berbagai barang dan jasa. Praktek penetapan harga secara markup yang luwes dan mencerminkan perbedaan dalam biaya marginal dan elastisitas permintaan merupakan cara yang efisien untuk beroperasi sehingga MR = MC untuk setiap lini produk yang dijual.
Demikian pula, praktek penetapan harga untuk musim puncak dan di luar puncak, diskriminasi harga, dan penetapan harga untuk produk - produk kesemuanya merupakan cara yang efisien untuk beroperasi sehingga MR = MC untuk setiap pelanggan atau kelompok pelanggan dan kelompok produk.

 

B. Rumusan Masalah

Agar permasalahan tidak meluas serta dapat lebih terarah pada pokok permasalahan, maka dapat dirumuskan permasalahan berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas adalah sebagai berikut :

1.   Bagaimana penetapan harga secara markup?
  1. Penjelasan diskriminasi harga?
  2. Bagaimana penetapan harga produk berganda?
  3. Bagaimana penetapan harga dalam pasar yang mapan?

C. Tujuan Penulisan

     Berdasar rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan ini adalah :

1.   Untuk mengetahui penetapan harga secara markup
  1. Untuk mengetahi diskriminasi harga
  2. Untuk mengetahui penetapan harga produk berganda
  3. Untuk mengetahui penetapan harga dalam pasar yang mapan

BAB II

PEMBAHASAN


A.  Harga

1.      Definisi Harga

            Menurut Stanton, (1984) Harga adalah Price is valueexpressed in terms of dollars and cens, or any other monetary medium of exchange. yang kurang lebih memiliki arti harga adalah nilai yang dinyatakan dalam dolar dan sen atau medium moneter lainnya sebagai alat tukar.
Menurut Basu Swastha (1986: 147) Harga diartikan sebagai Jumlah uang (kemungkinan ditambah barang) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya.
Menurut menurut Alex S Nitisemito (1991:55) Harga diartikan sebagai nilai suatu barang atau jasa yang diukur dengan sejumlah uang dimana berdasarkan nilai tersebut seseorang atau perusahaan bersedia melepaskan barang atau jasa yang dimiliki kepada pihak lain.
            Harga merupakan satuan moneter atau ukuran lainnya (termasuk barang dan jasa) yang ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan atau penggunaan suatu barang atau jasa, Tjiptono (2001 : 151). Dan harga merupakan unsur satu–satunya dari unsur bauran pemasaran yang memberikan pemasukan atau pendapatan bagi perusahaan di banding unsur bauran pemasaran yang lainnya (produk, promosi dan distribusi).

2.      Tujuan Penetapan Harga


Dalam teori ekonomi klasik, setiap perusahaan selalu berorientasi pada seberapa besar keuntungan yang akan diperoleh dari suatu produk atau jasa yang dimilikinya, sehingga tujuan penetapan harganya hanya berdasarkan pada tingkat keuntungan dan perolehan yang akan diterimanya. Namun di dalam perkembangannya, tujuan penetapan harga bukan hanya berdasarkan tingkat keuntungan dan perolehannya saja melainkan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan non ekonomis lainnya.
Berikut adalah tujuan penetapan harga yang bersifat ekonomis dan non ekonomis;

1.      Memaksimalkan Laba
Penetapan harga ini biasanya memperhitungkan tingkat keuntungan yang ingin diperoleh. Semakin besar marjin keuntungan yang ingin didapat, maka menjadi tinggi pula harga yang ditetapkan untuk konsumen. Dalam menetapkan harga sebaiknya turut memperhitungkan daya beli dan variabel lain yang dipengaruhi harga agar keuntungan yang diraih dapat maksimum.

2.      Meraih Pangsa Pasar
Untuk dapat menarik perhatian para konsumen yang menjadi target market atau target pasar maka suatu perusahaan sebaiknya menetapkan harga yang serendah mungkin. Dengan harga turun, maka akan memicu peningkatan permintaan yang juga datang dari market share pesaing atau kompetitor, sehingga ketika pangsa pasar tersebut diperoleh maka harga akan disesuaikan dengan tingkat laba yang diinginkan

3.      Return On Investment (ROI) / Pengembalian Modal Usaha
Setiap usaha menginginkan tingkat pengembalian modal yang tinggi. ROI yang tinggi dapat dicapai dengan jalan menaikkan profit margin serta meningkatkan angka penjualan.


4.      Mempertahankan Pangsa Pasar
Ketika perusahaan memiliki pasar tersendiri, maka perlu adanya penetapan harga yang tepat agar dapat tetap mempertahankan pangsa pasar yang ada

5.      Tujuan Stabilisasi Harga
Dalam pasar yang konsumennya sangat sensitif terhadap harga, bila suatu perusahaan menurunkan harganya, maka para pesaingnya harus menurunkan pula harga mereka. Kondisi seperti ini yang mendasari terbentuknya tujuan stabilisasi harga dalam industri-industri tertentu (misalnya minyak bumi). Tujuan stabilisasi dilakukan dengan jalan menetapkan harga untuk mempertahankan hubungan yang stabil antara harga suatu perusahaan dan harga pemimpin industri (industry leader)

6.      Menjaga Kelangsungan Hidup Perusahaan
Perusahaan yang baik menetapkan harga dengan memperhitungkan segala kemungkinan agar tetap memiliki dana yang cukup untuk tetap menjalankan aktifitas usaha bisnis yang dijalani.
Tujuan-tujuan dalam penetapan harga ini mengindikasikan bahwa pentingnya perusahaan untuk memilih, menetapkan dan membuat perencanaan mengenai nilai produk atau jasa dan tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan atas produk atau jasa tersebut.

3.      Metode Penetapan Harga

            Ada beberapa metode yang dapat digunakan sebagai rancangan dan variasi, dalam penetapan harga menurut Marras (1999: 181-185), harga dapat ditentukan atau dihitung :

1)      Harga didasarkan pada biaya total ditambah laba yang diinginkan
2)      Harga yang berdasarkan pada keseimbangan antara permintaan dan suplai.
3)      Penetapan harga pasar yang ditetapkan atas dasar kekuatan pasar.
4)      Harga yang berdasarkan keseimbangan antara suplai dan permintaan.
5)      Penetapan harga atas dasar kekuatan pasar.




B.  Penetapan Harga

1)      Penetapan Harga Markup

            Survey praktek bisnis menunjukkan bahwa praktek penetapan harga markup merupakan metode penerapan harga yang paling luas dipergunakan oleh perusahaan - perusahaan bisnis. Dalam pendekatan yang paling umum dalam praktek penerapan harga markup, perusahaan - perusahaan mengestimasi biaya variabel rata - rata untuk memproduksi dan memasarkan sebuah produk, menambahkan biaya umum, dan lalu menambahkan markup, atau margin sebesar presentase tertentu untuk laba. Pengenaan biaya tidak langsung, atau biaya umum, biasanya ditentukan dengan mengalokasikan biaya - biaya ini di antara produk - produk perusahaan atas dasar biaya variabel rata - rata mereka.

Mark up pricing
merupakan penetapan harga, dimana harga tertentu ditetapkan dengan jelas menambahkan suatu prosentase tetap di atas biaya produksi. Mark up Pricing berbeda-beda dalam suatu swalayan karena:
1. Adanya persaingan dalam kelas produk yang ada
2. Volume penjualan produk tersebut
3. Resiko yang terjadi dalam menjual masing-masing produk

1)      Markup Atas Biaya
Yaitu selisih antara harga dan biaya yang ukur secara relatif  terhadap biaya, diukur dalam % (persen)
Contoh.
2)      Markup Atas Harga
           Mark up atas harga, selisih harga dan biaya yang diukur secara
relatif terhadap harga, diukur dalam persen.
Rumus.
           
Lanjutan soal di atas
 



           
                                   

2).      Diskriminasi Harga

            Diskriminasi harga yaitu kebijaksanaan untuk memberlakukan harga jual yang berbeda-beda untuk satu jenis barang yang sama di segmen pasar. Jadi, diskriminasi harga terjadi jika produk yang sama dijual kepada konsumen yang berbeda dengan harga yang berbeda. Diskriminasi harga dapat dipahami lebih baik dengan memperkenalkan konsep surplus konsumen. Surplus konsumen adalah nilai barang dan jasa bagi para konsumen di atas dan di luar jumlah yang mereka bayarkan kepada pada penjual.

            Diskriminasi harga banyak dipakai sekarang ini, terutama dengan barang-barang yang tidak mudah dipindahkan dari pasar dengan harga rendah ke pasar dengan harga tinggi. Ternyata, praktek ini seringkali dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi.  Monopolis menaikkan harga jual produk mereka dan menurunkan jumlah penjualan mereka untuk meningkatkan keuntungan.  Dengan melakukan hal tersebut, mereka mungkin bisa mendapatkan pasar untuk para pembeli yang berkeinginan kuat dan kehilangan pasar untuk pebeli yang enggan. 

            Dengan memberikan harga yang berbeda untuk mereka yang mau membeli dengan harga tinggi dan mereka yang mau membeli dengan harga yang rendah, monopolis dapat meningkatkan keuntungan serta kepuasan pelanggannya.

Persyaratan untuk diskriminasi harga yang menguntungkan

            Dua kondisi diperlukan untuk diskriminasi harga yang menguntungkan. Pertama, harus terdapat elastisitas harga dari permintaan yang berada di antara berbagai bagian pelanggan untuk satu produk tertentu. Kecuali elastisitas harga berbeda di antara berbagai bagian pasar. Kedua, perusahaan tersebut harus mampu mensegmentasi pasar dengan mengidentifikasi bagian - bagian pasar dan mencegah perpindahan pelanggan dalam bagian - bagian pasar yang berbeda.

Jenis - jenis diskriminasi harga

 1.      Diskriminasi harga derajat 1
Diskriminasi harga derajat 1 dilakukan dengan cara menerapkan harga yang berbeda-beda untuk setiap konsumen berdasarkan reservation price (Willingness To Pay) masing-masing konsumen dibedakan pada kemampuan daya beli masing-masing konsumen. Contoh: seorang dokter memberlakukan tarif konsultasi yang berbeda-beda pada setiap pasiennya. Diskriminasi harga derajat 1 juga dijelaskan kedalam grafik yang tersaji pada gambar 1.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEissEP7HtwKCyPP90FIHhYD5PF2EVAti5ApPuadqn3ihKu48vQIqfSV2VgDUv2A-299RDQtTUneLGA9fY6bDhj4BH6AlHuxo7tAUZGqX1LZmIVbQmM1aHvDL9Re2-YY667eimW5n0zmfBKq/s320/diskriminasi+harga+derajat+1.jpg

Gambar 1. Grafik Diskriminasi Harga Derajat 1

Pada gambar 1 menjelaskan tentang grafik diskriminasi harga derajat 1. Pada grafik tersebut terdapat hubungan antara P (harga) dan Q (output) yang dimisalkan harga terdapat P1, P2 dan P3 dan output terdapat Q1, Q2 dan Q3. Pada grafik terlihat apabila P tinggi maka Q rendah. Hal ini apabila dikaitkan pada kemampuan daya beli konsumen berarti apabila produsen menawarkan harga yang tinggi maka terdapat sedikit konsumen yang akan membeli produk tersebut. Dan begitu sebaliknya, apabila produsen menawarkan harga yang rendah maka terdapat banyak konsumen yang dapat membeli barang tersebut. Jadi, dalam hal ini perusahaan harus mengetahui kemampuan daya beli pada masing-masing konsumen.
Diskriminasi harga derajat 1 dapat merugikan konsumen karena terdapat surplus konsumen yang diterima oleh produsen, biaya yang harusnya diterima oleh konsumen namun menjadi milik konsumen. Diskriminasi harga derajat 1 juga disebut perfect price discrimination karena memperoleh surplus konsumen paling besar.

2.       Diskriminasi harga derajat 2
Diskriminasi harga derajat 2 dilakukan dengan cara menerapkan harga yang berbeda-beda pada jumlah batch atau lot produk yang dijual. Diskriminasi harga ini dilakukan karena perusahaan tidak memiliki informasi mengenai reservation pricekonsumen. Contoh: perbedaan harga per unit pada pembelian grosir dan pembelian eceran, pembeli yang membeli mie instan 1 bungkus dan 1 kardus akan berbeda harganya.Diskriminasi harga derajat 2 juga dijelaskan kedalam grafik yang tersaji pada gambar 2.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg8UidKPeH36tbiIbJ-S2wfTEWkmNLaF7Mv3F3wjVNFBjjxDwexnVu8Ca-Xcs7WT7Tbna2pS7nPR-J-Qbtxlo1_yFUuAtZ3zGFHABA5zU2iCcRTQ1gWScZNraCE4-UyT_iQSnmWajmjQkos/s320/diskriminasi+harga+derajat+2.jpg

Gambar 2. Grafik Diskriminasi Harga derajat 2

Pada gambar 2 diatas menjelaskan tentang diskriminasi harga derajat 2. Pada grafik tersebut pelaku usaha menetapkan harga (P1, P2 dan P3) berdasarkan jumlah konsumsi.
Kebijakan ini dapat meningkatkan kesejahteraan konsumen karena jumlah output bertambah dan harga jual semakin murah. Hal ini dikarenakan pelaku usaha menggunakan sistem perbedaan harga per unit pada pembelian grosir dan pembelian eceran. Harga eceran lebih tinggi dari pada harga per pak, sehingga konsumen lebih baik membeli barang langsung per pak daripada membeli barang eceran.


3.      Diskriminasi harga derajat 3
Diskriminasi harga derajat 3 dilakukan dengan cara menerapkan harga yang berbeda untuk setiap kelompok konsumen berdasarkan reservation price masing-masing kelompok konsumen. Diskriminasi harga derajat 3 dilakukan karena perusahaan tidak mengetahui reservation price masing-masing konsumen, tapi mengetahui reservation price kelompok konsumen. Kelompok konsumen dapat dibedakan atas lokasi, geografis, maupun karakteristik konsumen seperti umur, jenis kelamin, pekerjaan, dan lain-lain. Contoh : barang yang dijuala di pedesaan dan di perkotaan akan berbda harganya. Diskriminasi harga derajat 3 juga dijelaskan kedalam grafik yang tersaji pada gambar 3.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiif82iTZzJB2Ij5n-JpM7tk-8hk7pQxo59eWUKvhmy17kScyDU7trZNpdD4gkW4Of2pnC8o21lP1egMozn87iZu1TIcmFa7flhoF4LJlUDrHdeqkHI64LJhnjfjUiJkFJ18s3L8XHYezoE/s400/diskriminasi+harga+derajat+3.jpg

Gambar 3. Grafik Diskriminasi Harga Derajat 3
Pada gambar 3 diatas menjelaskan tentang grafik diskriminasi harga derajat 3.Diskriminasi harga ditetapkan berdasarkan perbedaan elastisitas harga. Permintaan yang lebih inelastis dikenakan harga yang lebih tinggi.

3).      Penetapan Harga Produk Berganda

            
Model mikroekonomi dasar dari suatu perusahaan mengasumsikan bahwa perusahaan memproduksi satu produk yang homogen. Hampir semua perusahaan memproduksi setidaknya beberapa model, gaya, atau ukuran dari keluaran mereka, dan masing - masing variasi ini dipandang  sebagai produk yang terpisah untuk maksud penetapan harga. Walaupun penetapan harga produk berganda mengharuskan analisis yang sama seperti untuk satu produk, analisis ini diperumit dengan adanya keterkaitan permintaan dan produksi.

1)      Keterkaitan Permintaan
          Keterkaitan permintaan timbul karena persaingan atau sifat saling         melengkapi di antara berbagai produk perusahaan. Analisis Keterkaitan Permintaan Keterkaitan permintaan mempengaruhi keputusan harga melalui pengaruh mereka terhadap pendapatan marginal

2)      Keterkaitan produksi
       Sama seperti produk - produk perusahaan yang dapat berkaitan melalui fungsi permintaan, produk - produk itu juga dapat berkaitan dalam produksi. beberapa produk dapat diproduksi bersama - sama dalam rasio yang tetap atau dalam proporsi yang dapat divariasikan.




Produk Gabungan Yang Diproduksi Dalam proporsi Tetap
Kasus paling sederhana dari produksi bersama adalah produk - produk yang dihasilkan dalam proporsi tetap. Dalam situasi ini, adalah tidak masuk akal untuk mencoba memisahkan produk - produk tersebut dari sudut pandang produksi atau biaya. Yaitu produk - produk yang harus dihasilkan dalam proporsi tetap dan tidak memungkinkan penyesuaian terhadap terhadap rasio keluaran produk.

4).      Penetapan Harga Dalam Pasar yang Mapan

           
Tingkat harga umum yang terjadi di pasar yang mapan adalah tingkat harga yang memenuhi tujuan harga tertinggi atau tujuan perusahaan - perusahaan tersebut secara umum. Penetapan harga dalam pasar yang mapan dapat dilakukan dengan cara :
1)      Price Positioning
Jumlah maksimum yang akan dibayar oleh pembeli untuk suatu produk dikenal sebagai harga reservasi pembeli tersebut. Penelitian pasar yang dilakukan dengan cermat akan bermanfaat bagi perusahaan dalam menunjukkan harga - harga reservasi untuk produk tertentu dan untuk setiap ciri yang tercakup atau tidak dalam produk tersebut.
2)      Strategi Harga Product Line
Pendekatan ini memilih markup berdasarkan estimasi elastisitas harga permintaan yang secara implisit mengasumsikan bahwa permintaan akan setiap item pada lini produk tidak tergantung permintaan setiap item lain dalam lini produk itu.
3)      Penentuan Harga Untuk Menduga Kualitas
Penentuan harga sebuah produk yang lebih tinggi akan meyakinkan konsumen bahwa item itu berkualitas lebih tinggi dan menyebabkan penjualan serta laba lebih besar dibanding apabila produk itu dijual dengan harga lebih rendah.
4)      Penentuan Harga Produk Dalam Satu Paket
Pembundelan produk adalah praktik penjualan satu atau lebih produk secara bersama - sama sebagai satu paket dengan harga tunggal. Penjualan secara paket akan meningkatkan laba yang ditempuh dengan cara menaikkan harga setiap produk apabila dijual terpisah dan menawarkan bundelan sebagai suatu paket dengan satu harga yang lebih rendah dari harga jual masing - masing komponen dalam bundelan tersebut.

            Menurut Tjiptono (2001 : 174) ada beberapa faktor yang menyebabkan suatu perusahaan harus selalu meninjau kembali strategi penetapan harga produk - produknya yang sudah ada di pasar, diantaranya adalah :
1)      Adanya perubahan dalam lingkungan pasar, misalnya pesaing besar menurunkan harga.
2)     Adanya pergeseran permintaan, misalnya terjadinya perubahan selera konsumen.
            Dalam melakukan peninjauan kembali penetapan harga yang telah dilakukan, perusahaan mempunyai tiga alternatif strategi, yaitu:
1)      Mempertahankan Harga, strategi ini dilaksanakan dengan tujuan mempertahankan posisi dalam pasar dan untuk meningkatkan citra yang baik di masyarakat.
2)      Menurunkan Harga, Strategi ini sulit untuk dilaksanakan karena perusahaan harus memiliki kemampuan finansial yang besar, sementara konsekuensi yang harus ditanggung, perusahaan menerima margin laba dengan tingkat yang kecil. Ada tiga alasan atau penyebab perusahaan harus menurunkan harga produk yang sudah mapan.
3)      Menaikan Harga, suatu perusahaan melakukan kebijakan menaikan harga dengan tujuan untuk mempertahankan profitabilitas dalam periode inflasi dan untuk melakukan segmentasi pasar tertentu.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan


            Makalah ini meneliti sejumlah topik penetapan harga. Penetapan harga secara markup, sebuah tekhnik penetapan harga yang umum dalam praktek, diperlihatkan sangat erat berkaitan dengan analisis marginal. Penggunaan yang tepat dari tekhnik - tekhnik penetapan harga secara markup mengharuskan diberikannya perhatian yang erat baik pada pertimbangan biaya maupun permintaan. Sensitivitas harga terhadap biaya marginal, digandakan dengan hubungan berbalik yang umumnya diamati antara margin laba dan elastisitas dari permintaan, menyiratkan bahwa baik pertimbangan biaya maupun permintaan memang memainkan peran penting dalam praktek penetapan harga markup.

            Analisis laba inkremental juga diperlihatkan sebagai alat yang kuat untuk keputusan penetapan harga optimal. Selama periode - periode di luar puncak, ketika sebuah perusahaan memiliki kapasitas berlebih, biaya yang dialokasikan sepenuhnya jarang sesuai untuk maksud keputusan. Hanya biaya inkremental yang berkaitan dengan keluaran relevan dalam situasi seperti ini.

Untuk berhasil terlibat dalam diskriminasi harga, perusahaan harus :
1.      Menghadapi elastisitas harga dari permintaan yang berbeda di berbagai segmen pasar
2.      Mampu mengisolasi berbagai bagian pasar untuk mencegah perpindahan.
           
Diskriminasi harga sempurna (derajat pertama) akan memaksimumkan laba penjual dengan menghapus semua surplus konsumen, yang adalah manfaat yang tidak dibayarkan yang diturunkan dari kegiatan konsumsi.

            Penetapan harga produk berganda diperlihatkan menggunakan konsep ekonomi yang sama seperti penetapan harga satu produk Penetapan harga produk berganda yang optimal mengharuskan bahwa pendapatan dan biaya inkremental adalah sama untuk setiap produk. Penggunaan konsep laba inkremental secara tepat akan memastikan bahwa pengaruh total dari sebuah keputusan penetapan harga terhadap perusahaan dianalisis dan mengarah pada penetapan harga optimal dalam kasus produk berganda, sama seperti dengan satu produk.




DAFTAR PUSTAKA


Fandy Tjiptono. 2001.  Manajemen Jasa. Yogyakarta :Andy Offset.
Karwowski, W and Marras, S.W. 1999. The Occupational Ergonomics Handbook.
New York : CRC Press LLC
Nitisemito, Alex S, 1991. Manajemen Personalia – Manajemen Sumber Daya
Manusia. Jakarta: Ghalia
Pappas, James L. dan Hirschey, Mark. 1995. Ekonomi Manajerial.Jakarta : PT.      Binarupa Aksara Indonesia.
Stanton, William J. 1984. Prinsip Pemasaran. Jakarta : Penerbit Erlangga
Swasta, Basu DH dan Irawan. M.B.A. 1986. Manajemen Pemasaran Modern.
Yogyakarta: Edisi ke dua. Penerbit Liberty

REFERENSI WEB

http://busroom1201.blogspot.com/