“Tentang Penetapan Harga”
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Manajerial
OFFICE MANAGEMENT 12-01
Disusun Oleh :
Ø BUSRO
Ø JUNAEDI
Ø NURYAHYA
Kampus Global Mulia – STIE Pelita Bangsa Cikarang, Bekasi
Kata Pengantar
Puji syukur kami ucapkan kepada
Sang Maha Pencipta, atas terselesaikannya makalah Ekonomi Internasional yang
berjudul “Ekonomi Manajerial” untuk memenuhi
tugas dari dosen pengampu mata kuliah Ekonomi
Manajerial yaitu
Bapak Asep, Pertama-tama kami ucapkan kepada kedua orang
tua kami, yang telah memberikan dukungan baik moral maupun materi, kepada
dosen pengampu mata kuliah Ekonomi Manajerial dan
kepada teman-teman kelas Office Management 12-01 yang sudah membantu dalam
memberikan referensi situs maupun buku yang berisikan sebagian dari makalah ini
Kami
mohon maklum apabila materi di dalam makalah ini belumlah sesempurna dari yang
diharapkan. Maka dari itu kami membuka pintu saran-saran yang selebar-lebarnya
dari pembaca sekalian. Dan kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca terutama yang sedang mencari tahu tentang betapa pentingnya Praktik Penentuan Harga.
Atas
kesediannya untuk membaca makalah ini, kami ucapkan terima kasih.
Cikarang, Desember 2014
Penulis
Busro
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara
teoritis, tidak ada perbedaan signifikan antara perekonomian klasik dengan
modern. Teori harga secara mendasar sama, yakni bahwa harga wajar atau harga
keseimbangan diperoleh dari interaksi antara kekuatan permintaan dan penawaran
(suplai) dalam suatu persaingan sempurna, hanya saja dalam perekonomian modern
teori dasar ini berkembang menyadi kompleks karena adanya diversifikasi pelaku
pasar, produk, mekanisme perdagangan, instrumen, maupun perilakunya,yang
mengakibatkan terjadinya distorsi pasar.
Dalam
struktur pasar apapun sebuah perusahaan beroperasi, penetapan harga untuk
maksimasi laba mangharuskan analisis yang seksama terhadap hubungan antara
biaya marginal dan pendapatan marginal. Tetapi, riset tentang praktek – praktek
penetapan harga aktual menunjukkan bahwa banyak perusahaan tampaknya menetapkan
harga tanpa analisis eksplisit rehadap hubungan marginal. Studi memperlihatkan
bahwa kebanyakan perusahaan menggunakan penetapan harga markup,
menetapkan harga untuk menutup semua biaya langsung ditambah markup sebesar
satu presentase tertentu untuk kontribusi laba (biaya umum dan laba) daripada
menetapkan harga di mana MR = MC. Bagaimana sesuatu yang tampaknya
bertentangan antara teori ekonomi dan praktek penetapan harga actual ini
dijelaskan?
Jika
kita memahami prosedur yang dipergunakan untuk keputusan penetapan harga
actual, tidak terdapat konflik antara teori dan praktek. Pada kenyataannya,
praktek – praktek penetapan harga secara markup merupakan alat praktis yang
dengannya perusahaan – perusahaan menerapkan analisis marginal untuk menetapkan
harga berbagai barang dan jasa. Praktek penetapan harga secara markup yang
luwes dan mencerminkan perbedaan dalam biaya marginal dan elastisitas
permintaan merupakan cara yang efisien untuk beroperasi sehingga MR =
MC untuk setiap lini produk yang dijual.
Demikian pula, praktek penetapan harga untuk musim puncak dan di luar
puncak, diskriminasi harga, dan penetapan harga untuk produk - produk
kesemuanya merupakan cara yang efisien untuk beroperasi sehingga MR =
MC untuk setiap pelanggan atau kelompok pelanggan dan kelompok produk.
B. Rumusan Masalah
Agar permasalahan tidak meluas serta dapat lebih terarah pada pokok
permasalahan, maka dapat dirumuskan permasalahan berdasarkan latar belakang
yang dikemukakan di atas adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana penetapan harga secara markup?
- Penjelasan
diskriminasi harga?
- Bagaimana
penetapan harga produk berganda?
- Bagaimana
penetapan harga dalam pasar yang mapan?
C. Tujuan Penulisan
Berdasar rumusan masalah di atas, maka tujuan
penulisan ini adalah :
1. Untuk mengetahui penetapan harga secara markup
- Untuk
mengetahi diskriminasi harga
- Untuk
mengetahui penetapan harga produk berganda
- Untuk
mengetahui penetapan harga dalam pasar yang mapan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Harga
1. Definisi Harga
Menurut
Stanton, (1984) Harga adalah Price is valueexpressed in terms
of dollars and cens, or any other monetary medium of exchange. yang
kurang lebih memiliki arti harga adalah nilai yang dinyatakan dalam
dolar dan sen atau medium moneter lainnya sebagai alat tukar.
Menurut Basu Swastha (1986: 147) Harga diartikan sebagai Jumlah uang
(kemungkinan ditambah barang) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah
kombinasi dari barang beserta pelayanannya.
Menurut menurut Alex S Nitisemito (1991:55) Harga diartikan
sebagai nilai suatu barang atau jasa yang
diukur dengan sejumlah uang dimana berdasarkan nilai tersebut seseorang atau
perusahaan bersedia melepaskan barang atau jasa yang dimiliki kepada pihak
lain.
Harga
merupakan satuan moneter atau ukuran lainnya (termasuk barang
dan jasa) yang ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan atau
penggunaan suatu barang atau jasa, Tjiptono (2001 : 151). Dan harga merupakan
unsur satu–satunya dari unsur bauran pemasaran yang memberikan
pemasukan atau pendapatan bagi perusahaan di banding unsur bauran pemasaran
yang lainnya (produk, promosi dan distribusi).
2. Tujuan Penetapan Harga
Dalam teori ekonomi klasik, setiap
perusahaan selalu berorientasi pada seberapa besar keuntungan yang akan
diperoleh dari suatu produk atau jasa yang dimilikinya, sehingga tujuan
penetapan harganya hanya berdasarkan pada tingkat keuntungan dan perolehan yang
akan diterimanya. Namun di dalam perkembangannya, tujuan penetapan harga bukan
hanya berdasarkan tingkat keuntungan dan perolehannya saja melainkan berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan non ekonomis lainnya.
Berikut adalah tujuan penetapan
harga yang bersifat ekonomis dan non ekonomis;
1. Memaksimalkan Laba
Penetapan
harga ini biasanya memperhitungkan tingkat keuntungan yang ingin diperoleh.
Semakin besar marjin keuntungan yang ingin didapat, maka menjadi tinggi pula
harga yang ditetapkan untuk konsumen. Dalam menetapkan harga sebaiknya turut
memperhitungkan daya beli dan variabel lain yang dipengaruhi harga agar
keuntungan yang diraih dapat maksimum.
2. Meraih Pangsa Pasar
Untuk
dapat menarik perhatian para konsumen yang menjadi target market atau target
pasar maka suatu perusahaan sebaiknya menetapkan harga yang serendah mungkin.
Dengan harga turun, maka akan memicu peningkatan permintaan yang juga datang
dari market share pesaing atau kompetitor, sehingga ketika pangsa pasar
tersebut diperoleh maka harga akan disesuaikan dengan tingkat laba yang
diinginkan
3. Return On Investment (ROI) / Pengembalian Modal Usaha
Setiap
usaha menginginkan tingkat pengembalian modal yang tinggi. ROI yang tinggi
dapat dicapai dengan jalan menaikkan profit margin serta meningkatkan angka
penjualan.
4. Mempertahankan Pangsa Pasar
Ketika
perusahaan memiliki pasar tersendiri, maka perlu adanya penetapan harga yang
tepat agar dapat tetap mempertahankan pangsa pasar yang ada
5. Tujuan Stabilisasi Harga
Dalam
pasar yang konsumennya sangat sensitif terhadap harga, bila suatu perusahaan
menurunkan harganya, maka para pesaingnya harus menurunkan pula harga mereka.
Kondisi seperti ini yang mendasari terbentuknya tujuan stabilisasi harga dalam
industri-industri tertentu (misalnya minyak bumi). Tujuan stabilisasi dilakukan
dengan jalan menetapkan harga untuk mempertahankan hubungan yang stabil antara
harga suatu perusahaan dan harga pemimpin industri (industry leader)
6. Menjaga Kelangsungan Hidup
Perusahaan
Perusahaan
yang baik menetapkan harga dengan memperhitungkan segala kemungkinan agar tetap
memiliki dana yang cukup untuk tetap menjalankan aktifitas usaha bisnis yang
dijalani.
Tujuan-tujuan
dalam penetapan harga ini mengindikasikan bahwa pentingnya perusahaan untuk
memilih, menetapkan dan membuat perencanaan mengenai nilai produk atau jasa dan
tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan atas produk atau jasa tersebut.
3. Metode Penetapan Harga
Ada
beberapa metode yang dapat digunakan sebagai rancangan dan variasi, dalam
penetapan harga menurut Marras (1999: 181-185), harga dapat ditentukan atau
dihitung :
1) Harga didasarkan pada biaya total
ditambah laba yang diinginkan
2) Harga yang berdasarkan pada
keseimbangan antara permintaan dan suplai.
3) Penetapan harga pasar yang ditetapkan
atas dasar kekuatan pasar.
4) Harga yang berdasarkan keseimbangan
antara suplai dan permintaan.
5) Penetapan harga atas dasar kekuatan
pasar.
B. Penetapan Harga
1) Penetapan Harga Markup
Survey
praktek bisnis menunjukkan bahwa praktek penetapan harga markup merupakan
metode penerapan harga yang paling luas dipergunakan oleh perusahaan -
perusahaan bisnis. Dalam pendekatan yang paling umum dalam praktek penerapan
harga markup, perusahaan - perusahaan mengestimasi biaya variabel rata - rata
untuk memproduksi dan memasarkan sebuah produk, menambahkan biaya umum, dan
lalu menambahkan markup, atau margin sebesar presentase tertentu untuk laba.
Pengenaan biaya tidak langsung, atau biaya umum, biasanya ditentukan dengan
mengalokasikan biaya - biaya ini di antara produk - produk perusahaan atas
dasar biaya variabel rata - rata mereka.
Mark up pricing
merupakan penetapan harga, dimana harga tertentu ditetapkan dengan jelas
menambahkan suatu prosentase tetap di atas biaya produksi. Mark up Pricing
berbeda-beda dalam suatu swalayan karena:
1. Adanya persaingan dalam kelas produk yang ada
2. Volume penjualan produk tersebut
3. Resiko yang terjadi dalam menjual masing-masing produk
1) Markup
Atas Biaya
Yaitu selisih antara harga dan biaya yang ukur secara relatif terhadap biaya, diukur dalam % (persen)
Contoh.
2) Markup
Atas Harga
Mark up
atas harga, selisih harga dan biaya yang diukur secara
relatif terhadap harga, diukur dalam persen.
Rumus.
Lanjutan soal di atas
2). Diskriminasi Harga
Diskriminasi
harga yaitu kebijaksanaan untuk memberlakukan harga jual yang berbeda-beda
untuk satu jenis barang yang sama di segmen pasar. Jadi, diskriminasi harga
terjadi jika produk yang sama dijual kepada konsumen yang berbeda dengan harga
yang berbeda. Diskriminasi harga dapat dipahami lebih baik dengan
memperkenalkan konsep surplus konsumen. Surplus konsumen
adalah nilai barang dan jasa bagi para konsumen di atas dan di luar jumlah yang
mereka bayarkan kepada pada penjual.
Diskriminasi
harga banyak dipakai sekarang ini, terutama dengan barang-barang yang tidak
mudah dipindahkan dari pasar dengan harga rendah ke pasar dengan harga
tinggi. Ternyata, praktek ini seringkali dapat meningkatkan kesejahteraan
ekonomi. Monopolis menaikkan harga jual produk mereka dan menurunkan
jumlah penjualan mereka untuk meningkatkan keuntungan. Dengan melakukan
hal tersebut, mereka mungkin bisa mendapatkan pasar untuk para pembeli yang
berkeinginan kuat dan kehilangan pasar untuk pebeli yang enggan.
Dengan
memberikan harga yang berbeda untuk mereka yang mau membeli dengan harga tinggi
dan mereka yang mau membeli dengan harga yang rendah, monopolis dapat
meningkatkan keuntungan serta kepuasan pelanggannya.
Persyaratan
untuk diskriminasi harga yang menguntungkan
Dua
kondisi diperlukan untuk diskriminasi harga yang menguntungkan. Pertama, harus
terdapat elastisitas harga dari permintaan yang berada di antara berbagai
bagian pelanggan untuk satu produk tertentu. Kecuali elastisitas harga berbeda
di antara berbagai bagian pasar. Kedua, perusahaan tersebut harus mampu
mensegmentasi pasar dengan mengidentifikasi bagian - bagian pasar dan mencegah
perpindahan pelanggan dalam bagian - bagian pasar yang berbeda.
Jenis - jenis
diskriminasi harga
1. Diskriminasi harga derajat 1
Diskriminasi
harga derajat 1 dilakukan dengan cara menerapkan harga yang berbeda-beda
untuk setiap konsumen berdasarkan reservation price (Willingness To Pay)
masing-masing konsumen dibedakan pada kemampuan daya beli masing-masing
konsumen. Contoh: seorang dokter memberlakukan tarif konsultasi yang
berbeda-beda pada setiap pasiennya. Diskriminasi harga derajat 1 juga
dijelaskan kedalam grafik yang tersaji pada gambar 1.
Gambar
1. Grafik Diskriminasi Harga Derajat 1
Pada
gambar 1 menjelaskan tentang grafik diskriminasi harga derajat 1. Pada grafik
tersebut terdapat hubungan antara P (harga) dan Q (output) yang dimisalkan
harga terdapat P1, P2 dan P3 dan output terdapat Q1, Q2 dan Q3. Pada grafik
terlihat apabila P tinggi maka Q rendah. Hal ini apabila dikaitkan pada
kemampuan daya beli konsumen berarti apabila produsen menawarkan harga yang
tinggi maka terdapat sedikit konsumen yang akan membeli produk tersebut. Dan
begitu sebaliknya, apabila produsen menawarkan harga yang rendah maka terdapat
banyak konsumen yang dapat membeli barang tersebut. Jadi, dalam hal ini
perusahaan harus mengetahui kemampuan daya beli pada masing-masing konsumen.
Diskriminasi
harga derajat 1 dapat merugikan konsumen karena terdapat surplus konsumen yang
diterima oleh produsen, biaya yang harusnya diterima oleh konsumen namun
menjadi milik konsumen. Diskriminasi harga derajat 1 juga disebut perfect
price discrimination karena memperoleh surplus konsumen paling besar.
2. Diskriminasi harga derajat 2
Diskriminasi
harga derajat 2 dilakukan dengan cara menerapkan harga yang berbeda-beda pada
jumlah batch atau lot produk yang dijual.
Diskriminasi harga ini dilakukan karena perusahaan tidak memiliki informasi
mengenai reservation pricekonsumen. Contoh: perbedaan harga
per unit pada pembelian grosir dan pembelian eceran, pembeli yang membeli mie
instan 1 bungkus dan 1 kardus akan berbeda harganya.Diskriminasi harga derajat
2 juga dijelaskan kedalam grafik yang tersaji pada gambar 2.
Gambar
2. Grafik Diskriminasi Harga derajat 2
Pada
gambar 2 diatas menjelaskan tentang diskriminasi harga derajat 2. Pada grafik
tersebut pelaku usaha menetapkan harga (P1, P2 dan P3) berdasarkan jumlah
konsumsi.
Kebijakan
ini dapat meningkatkan kesejahteraan konsumen karena jumlah output bertambah
dan harga jual semakin murah. Hal ini dikarenakan pelaku usaha menggunakan
sistem perbedaan harga per unit pada pembelian grosir dan pembelian
eceran. Harga eceran lebih tinggi dari pada harga per pak, sehingga konsumen
lebih baik membeli barang langsung per pak daripada membeli barang eceran.
3. Diskriminasi harga derajat 3
Diskriminasi
harga derajat 3 dilakukan dengan cara menerapkan harga yang berbeda untuk
setiap kelompok konsumen berdasarkan reservation price masing-masing kelompok
konsumen. Diskriminasi harga derajat 3 dilakukan karena perusahaan tidak
mengetahui reservation price masing-masing konsumen, tapi
mengetahui reservation price kelompok konsumen. Kelompok konsumen dapat
dibedakan atas lokasi, geografis, maupun karakteristik konsumen seperti umur,
jenis kelamin, pekerjaan, dan lain-lain. Contoh : barang yang dijuala di
pedesaan dan di perkotaan akan berbda harganya. Diskriminasi harga derajat 3
juga dijelaskan kedalam grafik yang tersaji pada gambar 3.
Gambar
3. Grafik Diskriminasi Harga Derajat 3
Pada
gambar 3 diatas menjelaskan tentang grafik diskriminasi harga derajat
3.Diskriminasi harga ditetapkan berdasarkan perbedaan elastisitas harga.
Permintaan yang lebih inelastis dikenakan harga yang lebih tinggi.
3). Penetapan Harga Produk Berganda
Model mikroekonomi dasar dari
suatu perusahaan mengasumsikan bahwa perusahaan memproduksi satu produk yang
homogen. Hampir semua perusahaan memproduksi setidaknya beberapa model, gaya,
atau ukuran dari keluaran mereka, dan masing - masing variasi ini
dipandang sebagai produk yang terpisah untuk maksud penetapan harga.
Walaupun penetapan harga produk berganda mengharuskan analisis yang sama
seperti untuk satu produk, analisis ini diperumit dengan adanya keterkaitan
permintaan dan produksi.
1) Keterkaitan Permintaan
Keterkaitan
permintaan timbul karena persaingan atau sifat saling
melengkapi di antara berbagai produk
perusahaan. Analisis Keterkaitan Permintaan Keterkaitan permintaan mempengaruhi
keputusan harga melalui pengaruh mereka terhadap pendapatan marginal
2) Keterkaitan produksi
Sama seperti produk - produk perusahaan yang dapat berkaitan melalui fungsi
permintaan, produk - produk itu juga dapat berkaitan dalam produksi. beberapa
produk dapat diproduksi bersama - sama dalam rasio yang tetap atau dalam
proporsi yang dapat divariasikan.
Produk Gabungan Yang Diproduksi Dalam proporsi Tetap
Kasus paling sederhana dari
produksi bersama adalah produk - produk yang dihasilkan dalam proporsi tetap.
Dalam situasi ini, adalah tidak masuk akal untuk mencoba memisahkan produk -
produk tersebut dari sudut pandang produksi atau biaya. Yaitu produk - produk
yang harus dihasilkan dalam proporsi tetap dan tidak memungkinkan penyesuaian
terhadap terhadap rasio keluaran produk.
4). Penetapan Harga Dalam Pasar yang
Mapan
Tingkat harga umum yang
terjadi di pasar yang mapan adalah tingkat harga yang memenuhi tujuan harga
tertinggi atau tujuan perusahaan - perusahaan tersebut secara umum. Penetapan
harga dalam pasar yang mapan dapat dilakukan dengan cara :
1) Price
Positioning
Jumlah maksimum yang akan dibayar oleh pembeli untuk suatu produk dikenal
sebagai harga reservasi pembeli tersebut. Penelitian pasar yang dilakukan
dengan cermat akan bermanfaat bagi perusahaan dalam menunjukkan harga - harga
reservasi untuk produk tertentu dan untuk setiap ciri yang tercakup atau tidak
dalam produk tersebut.
2) Strategi
Harga Product Line
Pendekatan ini memilih markup berdasarkan estimasi elastisitas harga
permintaan yang secara implisit mengasumsikan bahwa permintaan akan setiap item
pada lini produk tidak tergantung permintaan setiap item lain dalam lini produk
itu.
3) Penentuan
Harga Untuk Menduga Kualitas
Penentuan harga sebuah produk yang lebih tinggi akan meyakinkan konsumen
bahwa item itu berkualitas lebih tinggi dan menyebabkan penjualan serta laba
lebih besar dibanding apabila produk itu dijual dengan harga lebih rendah.
4) Penentuan
Harga Produk Dalam Satu Paket
Pembundelan produk adalah praktik penjualan satu atau lebih produk secara
bersama - sama sebagai satu paket dengan harga tunggal. Penjualan secara paket
akan meningkatkan laba yang ditempuh dengan cara menaikkan harga setiap produk
apabila dijual terpisah dan menawarkan bundelan sebagai suatu paket dengan satu
harga yang lebih rendah dari harga jual masing - masing komponen dalam bundelan
tersebut.
Menurut
Tjiptono (2001 : 174) ada beberapa faktor yang menyebabkan suatu perusahaan
harus selalu meninjau kembali strategi penetapan harga produk - produknya yang
sudah ada di pasar, diantaranya adalah :
1) Adanya
perubahan dalam lingkungan pasar, misalnya pesaing besar menurunkan harga.
2) Adanya
pergeseran permintaan, misalnya terjadinya perubahan selera konsumen.
Dalam
melakukan peninjauan kembali penetapan harga yang telah dilakukan, perusahaan
mempunyai tiga alternatif strategi, yaitu:
1) Mempertahankan
Harga, strategi ini dilaksanakan dengan tujuan mempertahankan posisi dalam
pasar dan untuk meningkatkan citra yang baik di masyarakat.
2) Menurunkan
Harga, Strategi ini sulit untuk dilaksanakan karena perusahaan harus memiliki
kemampuan finansial yang besar, sementara konsekuensi yang harus ditanggung,
perusahaan menerima margin laba dengan tingkat yang kecil. Ada tiga alasan atau
penyebab perusahaan harus menurunkan harga produk yang sudah mapan.
3) Menaikan
Harga, suatu perusahaan melakukan kebijakan menaikan harga dengan tujuan untuk
mempertahankan profitabilitas dalam periode inflasi dan untuk melakukan
segmentasi pasar tertentu.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Makalah
ini meneliti sejumlah topik penetapan harga. Penetapan harga secara markup,
sebuah tekhnik penetapan harga yang umum dalam praktek, diperlihatkan sangat
erat berkaitan dengan analisis marginal. Penggunaan yang tepat dari tekhnik -
tekhnik penetapan harga secara markup mengharuskan diberikannya perhatian yang
erat baik pada pertimbangan biaya maupun permintaan. Sensitivitas harga
terhadap biaya marginal, digandakan dengan hubungan berbalik yang umumnya
diamati antara margin laba dan elastisitas dari permintaan, menyiratkan bahwa
baik pertimbangan biaya maupun permintaan memang memainkan peran penting dalam
praktek penetapan harga markup.
Analisis
laba inkremental juga diperlihatkan sebagai alat yang kuat untuk keputusan
penetapan harga optimal. Selama periode - periode di luar puncak, ketika sebuah
perusahaan memiliki kapasitas berlebih, biaya yang dialokasikan sepenuhnya
jarang sesuai untuk maksud keputusan. Hanya biaya inkremental yang berkaitan
dengan keluaran relevan dalam situasi seperti ini.
Untuk berhasil terlibat dalam diskriminasi harga, perusahaan harus :
1. Menghadapi elastisitas harga dari
permintaan yang berbeda di berbagai segmen pasar
2. Mampu mengisolasi berbagai bagian
pasar untuk mencegah perpindahan.
Diskriminasi harga sempurna
(derajat pertama) akan memaksimumkan laba penjual dengan menghapus semua surplus
konsumen, yang adalah manfaat yang tidak dibayarkan yang diturunkan
dari kegiatan konsumsi.
Penetapan harga produk berganda diperlihatkan menggunakan konsep ekonomi yang
sama seperti penetapan harga satu produk Penetapan harga produk berganda yang
optimal mengharuskan bahwa pendapatan dan biaya inkremental adalah sama untuk
setiap produk. Penggunaan konsep laba inkremental secara tepat akan memastikan
bahwa pengaruh total dari sebuah keputusan penetapan harga terhadap perusahaan
dianalisis dan mengarah pada penetapan harga optimal dalam kasus produk
berganda, sama seperti dengan satu produk.
DAFTAR PUSTAKA
Fandy Tjiptono. 2001. Manajemen Jasa. Yogyakarta
:Andy Offset.
Karwowski, W and Marras, S.W. 1999. The Occupational Ergonomics
Handbook.
New York : CRC Press LLC
Nitisemito, Alex S, 1991. Manajemen Personalia – Manajemen Sumber
Daya
Manusia. Jakarta:
Ghalia
Pappas, James L. dan Hirschey, Mark. 1995. Ekonomi Manajerial.Jakarta
: PT. Binarupa Aksara Indonesia.
Stanton, William J. 1984. Prinsip Pemasaran. Jakarta : Penerbit
Erlangga
Swasta, Basu DH dan Irawan. M.B.A. 1986. Manajemen Pemasaran Modern.
Yogyakarta: Edisi ke dua. Penerbit
Liberty
REFERENSI WEB
http://busroom1201.blogspot.com/